Naga333 - Nasi seringkali dianggap sebagai penyebab obesitas sehingga ketika ingin menurunkan berat badan, sumber karbohidrat ini biasanya dicoret terlebih dahulu dari daftar asupannya. Meski begitu, seringkali berat badan kita sulit turun meski kita pantang makan nasi. Ketahui penjelasannya. Menurut penjelasan dokter spesialis gizi klinik Mulianah Daya M.Gizi, meskipun dalam program diet kita sama sekali menghindari nasi, namun jika kita tetap mendapatkan karbohidrat lain yang tinggi kalori maka target berat badan akan sulit tercapai. “Seringkali keluhan yang saya temui adalah dia tidak makan nasi tapi berat badannya bertambah.
Kalau ini yang terjadi, mungkin karena dia tidak memahami jenis karbohidrat lain yang kalorinya lebih tinggi, seperti tepung atau gula sederhana,” jelas dr Mulianah dalam talkshow “Diet Harus Nyaman” yang diadakan Dailymeal di Jakarta yang dirangkum "avalonfire.org". Mie, roti tawar, kue manis, seblak, dan karbohidrat bertepung lainnya yang dimaksud. Tubuh kita membutuhkan karbohidrat sebagai sumber energi utama dengan takaran sekitar 130 gram setiap harinya.
Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, tubuh akan lebih mudah lelah, sulit berkonsentrasi, atau bahkan pusing. Oleh karena itu, menurut dr Mulianah, kita tidak perlu takut dengan karbohidrat; yang penting adalah memilih jenis yang tepat dan tidak makan terlalu banyak. “Memenuhi kebutuhan minimal tubuh akan karbohidrat, mengetahui jenis yang tepat, dan mengetahui batasannya,” kata dokter yang berpraktik di RS Siloam Lippo Village, Tangerang ini .

Penelusuran "
naga333" situs terpercaya, Karbohidrat yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks yang tinggi serat. Saat bulan puasa, karbohidrat jenis ini lebih digemari karena mampu membuat perut kenyang lebih lama namun tetap rendah kalori. “Karbohidrat kompleks seharusnya memenuhi 90% kebutuhan karbohidrat tubuh, tapi menurut anjuran sulit untuk memenuhinya. Nasi putih sebenarnya mengandung protein dan serat tetapi juga mengandung gula.”
Ia menjelaskan, saat ini tersedia beras lain yang rendah kalori dan tinggi serat sebagai alternatif.Ada berbagai jenis beras yang beredar di pasaran selain nasi putih. Menurut dr Mulianah, semakin gelap warna beras maka semakin tinggi pula kandungan karbohidrat kompleksnya, misalnya beras hitam, beras merah, dan beras merah. Saat ini juga telah tersedia nasi alternatif yang menawarkan rasa nikmat di lidah namun juga tinggi serat dan rendah kalori.
Produk yang ditawarkan PT HDN misalnya, Beras Singkong Porang, Beras Merah, Beras Jagung, dan Beras Singkong. Produk-produk tersebut bermanfaat karena bebas gluten, mengandung antioksidan, memiliki indeks glikemik rendah, tidak cepat menaikkan gula darah, dan tinggi serat. “Kami bekerja sama dengan peneliti Universitas Jendral Soedirman untuk meneliti pengaruh nasi jagung dan nasi singkong pada tikus yang mengalami obesitas.
Sejauh ini hasilnya sangat memuaskan, namun belum bisa diumumkan karena penelitiannya masih berjalan,” kata VP Marketing PT HDN Amar Ramdani, di acara yang sama. Ia menyatakan, “Variasi nasi juga bisa membuat pola makan lebih mudah beradaptasi dan menyenangkan karena nasinya tetap pulen namun lebih sehat.”
Mulianah menambahkan, karena kandungan seratnya yang tinggi, mengonsumsi nasi alternatif ini dapat memenuhi kebutuhan serat harian sekitar 25 gram. Dengan mengonsumsi nasi tinggi serat dengan porsi sekitar 5 gram ditambah sayur mayur, kebutuhan serat bisa terpenuhi.
“Karena nasinya masih pulen tapi sehat, variasi nasi juga bisa membuat pola makan lebih mudah beradaptasi dan menyenangkan,” tandasnya. Mulianah menambahkan, beras alternatif ini mampu memenuhi kurang lebih 25 gram kebutuhan serat harian karena kandungan seratnya yang tinggi. Kebutuhan serat dapat dipenuhi dengan mengonsumsi sayur mayur dan nasi berserat tinggi kurang lebih 5 gram per porsi.
Komentar
Posting Komentar